Selamat Datang di YK MADIRA WEB, Web ini di buat untuk dapat di pergunakan untuk menambah wawasan dan pengenalan terhadap YK MADIRA itu sendiri. web ini dirancang dengan sesederhana mungkin dan hanya untuk selentingan info dan tukar fikiran

Minggu, 14 Februari 2010

Mioma Umumnya Tidak Berbahaya
2- 2010



Kemunculan mioma di dalam rahim berhubungan dengan produksi estrogen, sehingga umumnya terjadi pada wanita usia reproduktif (20-50 persen). Tumor jinak ini untung saja hanya satu persen yang bisa berkembang menjadi sarkoma (kanker). Bila tidak mengganggu, mioma tak perlu mendapat pengobatan. Selain belum ada obat yang bisa menuntaskannya, operasi juga tidak menjamin mioma tak nongol lagi.

Namun, itu bukan berarti penderita boleh mengabaikannya. Tetap dianjurkan untuk mengonsultasikannya ke dokter ahli kebidanan dan kandungan, terutama apabila mengalami perdarahan terus-menerus dan banyak, atau pembesaran mioma berjalan sangat cepat. "Walau umumnya pertumbuhan mioma ini lambat, dan sebagian besar tidak membahayakan," ujar DR.Dr. Andrijono, Sp.OG(K),konsultan onkologi ginekologi dari FKUI.

Untuk mioma yang tumbuhnya begitu banyak atau ukurannya sangat besar, bisa lebih besar dari buah melon, sebaiknya memang diambil tindakan operasi, misalnya miomektomi (pengangkatan mioma). Dr. Andrijono mengaku pernah menangani mioma yang jumlahnya lebih dari 60 biji!

Efek menopause

Tindakan ini, tambahnya, tidak menjamin seorang perempuan terbebas dari mioma selamanya. Dalam kurun waktu lima tahun bisa saja mioma muncul kembali.

Yang bisa mengusir mioma saat ini adalah operasi pengangkatan rahim (histerektomi). Sayangnya, tindakan ini menyisakan efek samping karena memaksa si pasien mengalami menopause secara mendadak. Efek itu di antaranya merasakan semburan panas, nyeri kepala, perubahan mood, gangguan tidur, berat badan naik, risiko osteoporosis lebih besar, sampai turunnya gairah seksual.

Ada pula obat yang berfungsi menghambat progesteron, hormon seks perempuan yang dikeluarkan oleh indung telur. Terapi obat yang menurunkan kadar progesteron akan membuat mioma mengecil, sehingga dapat meredakan nyeri dan gejala lainnya, serta meningkatkan kesuburan pasien.

Berdasarkan penelitian NICHD (National Institutes of Child Health and Human Development) di Amerika, obat ini pun memiliki efek samping yang mirip histerektomi. Itu karena tak hanya progesteron yang akan menurun. Produksi estrogen juga ikut berkurang. Itu sebabnya terapi hormon ini dianjurkan hanya digunakan dalam jangka pendek.

Yang termasuk terapi baru adalah embolisasi arteri uterus. Prosedur ini dengan menghentikan pasokan darah ke jaringan mioma, sehingga mengecil atau akhirnya mati.

Penyumbatan pembuluh darah ini dilakukan dengan memasukkan selang kateter kecil melalui sayatan kecil di paha. Metode ini biasanya digunakan untuk mioma yang tidak besar. Bagi perempuan yang masih ingin punya anak dianjurkan untuk tidak memilih prosedur ini.

Cara alami

Karena sebab pasti mioma belum diketahui, pengobatan untuk menyembuhkan secara total juga belum ditemukan. Hingga saat ini para ahli masih terus melakukan penelitian untuk menemukan metode yang paling aman dan efektif dalam menangani tumor jinak ini.

Cara-cara alternatif juga tak jarang ditempuh sebagai pertolongan pertama, termasuk di negara maju, misalnya homeopati, akupresur, hingga yoga. Akupresur biasanya digunakan untuk menangani gejala kram yang menyertai mioma. Titik meridian yang terkait dengan bagian yang nyeri akan diberi tekanan untuk meredakan gejala.

Pijat, yoga, dan taichi juga bisa digunakan untuk meningkatkan aliran energi ke area pelviks, sehingga dapat membantu mengecilkan ukuran mioma.

Dari sisi nutrisi, beberapa ahli menganjurkan untuk mengurangi konsumsi lemak dan sebaliknya meningkatkan asupan serat untuk mengurangi produksi estrogen dan memperbaiki keseimbangan hormon, yang mungkin efektif untuk menangkal pertumbuhan mioma.

Konsumsi buah sitrus, bawang merah, dan sayuran hijau juga dikatakan baik untuk menghambat pertumbuhan mioma. Asupan makanan tinggi serat ini dalam kasus mioma juga berguna untuk mengatasi gejala sembelit, sehingga buang air besar akan lebih lancar.

Obat homeopati digunakan di beberapa klinik di Inggris, misalnya yang terbuat dari Aurum metallicum untuk mengatasi mioma yang sudah membesar. Caulophyllum (sejenis blue cohosh) digunakan untuk pasien mioma dengan gejala perdarahan hebat dan kram.

Obat alami ini lebih aman dari efek samping bila dibandingkan dengan obat kimia, terapi hormon, dan tindakan operatif. Terapi homeopati ini bisa memberi hasil optimal jika dilakukan sekitar 12-18 bulan. Meski demikian, penggunaannya tentu tidak boleh sembarangan, dan harus dilakukan oleh dokter ahli di bidang homeopati.

Akibatnya Tidak Subur

Mioma merupakan pertumbuhan otot-otot halus pada dinding rahim. Pertumbuhan ini acapkali tidak disertai gejala, tapi bisa juga menyebabkan keluhan seperti:
• Nyeri pada betis atau pinggang.
• Nyeri pada pelviks.
• Menstruasi lama dan banyak, atau keluar darah di antara periode haid.
• Gangguan buang air besar yang mengarah pada sembelit (konstipasi).
• Perut bawah terasa penuh.
• Perut membesar, tapi bukan karena hamil.
• Nyeri saat berhubungan seksual.
• Gangguan sering buang air kecil.
• Pening.
• Anemia.
• Gangguan reproduksi, seperti tidak subur, sering keguguran, atau lahir prematur.

Untuk mengatasi sejumlah gejala ini, bisa dilakukan:
• Konsumsi pil kontrasepsi untuk membantu mengontrol menstruasi yang berlebihan.
• Menggunakan alat kontrasepsi IUD (intrauterine devices) yang mengeluarkan hormon progestin untuk membantu mengurangi perdarahan yang hebat dan nyeri.
• Konsumsi suplemen zat besi untuk mencegah atau mengatasi anemianya.
• Konsumsi obat antiinflamasi untuk meredakan nyeri dan kram perut.

Jika Janin Berteman dengan Mioma

Adanya mioma di dalam rahim, terutama jika sampai menghambat saluran falopi, bisa menyebabkan wanita sulit memiliki anak. Namun, tak sedikit juga yang tetap bisa hamil, meski di rahimnya terdapat mioma.

Menurut sebuah penelitian di Asia, ditemukan adanya mioma pada sekitar 2 persen populasi wanita hamil. Kebanyakan mioma ini baru ketahuan ketika si ibu memeriksakan kehamilannya, misalnya tampak adanya massa (tumor jinak) saat pemeriksaan panggul atau USG.

Biasanya mioma ini tidak menyebabkan komplikasi pada kehamilan. Bagaimanapun, mioma tetap bisa memunculkan masalah selama kehamilan. Kemungkinan si ibu akan merasakan gejala berupa nyeri panggul atau keluar bercak darah.

Jika ukuran mioma makin membesar, seiring bertumbuhnya janin, tentu akan mendatangkan masalah. Mioma juga dapat meningkatkan risiko keguguran, kelahiran prematur, perdarahan setelah melahirkan, hambatan dalam persalinan karena posisi janin menjadi tidak biasa, misalnya sungsang atau melintang, sehingga harus dioperasi Caesar.

Keadaan ini pernah dialami Anilla (38). Saat mengandung anak kedua, muncul juga mioma di dalam rahimnya. Hal itu menyebabkan si janin melintang. Ia sudah minta bidan untuk memutar posisi bayi supaya normal, tapi tidak berhasil juga.

"Makanya saya nggak bisa melahirkan secara normal. Yang penting bayi saya sehat. Waktu dicaesar, miomanya sekalian diambil," ujar ibu dua anak yang tinggal di Pondok Gede, Jakarta Timur ini.

Selama kehamilan, umumnya si ibu tidak dianjurkan menjalani pengobatan untuk miomanya karena dikhawatirkan dapat mengganggu keberadaan janin. Dokter tetap akan memantau pertumbuhan mioma, guna mengantisipasi komplikasi yang kemungkinan bisa terjadi.

Jika ibu hamil merasa nyeri akibat mioma, bisa dicoba istirahat dengan berbaring dan mengompres daerah yang sakit dengan air hangat. Dokter akan melakukan tindakan yang sesuai jika si ibu sampai mengalami perdarahan hebat. Untungnya, mioma ini cenderung mengecil ukurannya setelah kehamilan.

Bikin Nyeri saat Berhubungan Intim

Sebuah penelitian untuk melihat efek dari mioma dalam rahim dan miomektomi terhadap fungsi seksual perempuan, pernah dilakukan tim dokter di Departemen Kebidanan dan Kandungan Fakultas Kedokteran Universitas Mersin, Turki, seperti dilaporkan dalam The Journal of Sexual Medicine, tahun 2009. Miomektomi adalah tindakan pembedahan untuk mengangkat mioma.

Penelitian ini dirancang sebagai studi klinis terkontrol dalam sebuah pusat penelitian klinis akademis. Subjek penelitian terdiri atas 80 pasien perempuan dengan mioma uteri dan 75 orang pada kelompok kontrol.

Sifat dan karakteristik mioma para responden direkam. Kemudian kepada mereka diberikan kuesioner untuk mengetahui kondisi fungsi seksual para pasien, sebelum dan sesudah menjalani operasi. Nilai indeks fungsi seksual perempuan atauFemale Sexual Function Index (FSFI) para responden juga direkam, sebelum dan sesudah pembedahan.

Hasilnya, ditemukan bahwa perempuan dengan mioma di rahimnya mengalami penurunan nilai kepuasan seksual dan mengalami rasa sakit yang lebih dibandingkan dengan perempuan tanpa mioma. Mioma fundal dan posterior dihubungkan dengan rasa sakit, tapi hanya mioma posterior yang terkait dengan nilai FSFI keseluruhan.

Temuan studi ini menunjukkan bahwa potensi gangguan fungsi seksual dialami oleh perempuan yang memiliki mioma dalam rahimnya. Gangguan tersebut terutama berupa munculnya rasa nyeri saat berhubungan seksual, walaupun tampaknya tidak terlalu berpengaruh pada rangsangan maupun fase orgasme.

Yang terpenting, tindakan pengangkatan mioma dinyatakan dapat mengurangi rasa nyeri selama berhubungan intim, sehingga dapat meningkatkan fungsi seksual pada pasien.



Sumber :
  • http://www.solusisehat.net/



  •